Senin, 16 Januari 2012

Ringkasan Sejarah Perkembangan Seni Lukis Indonesia


Sejarah Perkembangan Seni Lukis Indonesia

A.  Seni Lukis Prasejarah Indonesia
Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Saat zaman itu, lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang. Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dinding gua adalah menempelkan tengan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik ini dikenal dengan aeorograph.
Contoh, karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan (menggabarkan adegan perburuan). Di dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (menggambarkan nenek moyang).

B.  Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain ; tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dindingcandi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam 3 bagian, seni lukis Kamasan, Pita Maha, Seniman Muda.

C.  Seni Lukis Islam Indonesia
Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidupnya dalam bentuk realistis. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan model baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi.

D.  Seni Lukis Indonesia Baru
a.    Latar Belakang
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media dengan bahan, alat, dan teknik tertentu. Seni lukis Indonesia baru berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia.
Latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai berikut :
1.     Warisan budaya, merupakan bagian dalam pembentukan watak seorang manusia yang berdasar pada hubungan manusia itu dengan keadaan di sekelilingnya
2.    Kekuatan sejarah, yang berupa kejadian-kejadian dan gejala-gejala social yang sdang berlangsung di sekeliling seniman.
3.    Pengaruh Barat, adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah. Masa penjajahan, misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis Indonesia pada awal pembentukannya dengan seni lukis Barat.
b.    Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru :
a.    Masa Raden Saleh (Perintisan)
b.    Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
c.    Masa Cita Nasional
d.    Masa Pendudukan Jepang
e.    Masa Sesudah Kemerdekaan
f.    Masa Pendidikan Formaol
g.    Masa Seni Lukis Baru di Indoneisa

1.     Masa Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-1880)
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :
-          Bergaya natural dan romantisme
-          Kuat dalam melukis potret dan binatang
-          Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
-          Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang



Karya Raden Saleh:
-          Hutan terbkar
-          Perkelahian antara hidup dan mati
-          Pangeran Diponegoro
-          Berburu Banteng di Jawa
-          Potret para Bangsawan

2.    Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam Indonesia.
Pelukis Indonesia Molek :
-          Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
-          Mas Pirngadi (1875-1936)
-          Wakidi
-          Basuki Abdullah
-          Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
-          Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.

Ciri-ciri lukisan :
-          Pengambilan obyek alam yang indah
-          Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
-          Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual
-          Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.




3.  Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
-          Mementingkan nilai-nilai psikologis,
-          Tema perjuangan rakyat ,
-          Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata,
-          Memiliki kepribadian Indonesia ,
-          Didasari oleh semangat dan keberanian.
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
-          Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
-          S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
-          Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian

4.  Masa Pendudukan Jepang
1.     Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi.
2.    Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
3.    Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
-          Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain:
-          S. Sudjojono
-          Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
-          Agus Djajasumita, Barli
-          Affandi, Hendra dan lain-lain
5.  Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
1.     Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
2.    Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
3.    Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
4.    Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
5.    Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.

6.  Masa Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal
1.     Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.
2.    Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.
3.    Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.


Pelukis-pelukis akademis, seperti:
Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)
7.  Masa Seni Lukis Baru di Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
-          Tidak membeda-bedakan disiplin seni
-          Mengutamakan ekspresi
-          Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
-          Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
-          Besifat eksprimental

Pelopor Masa Indonesia Baru :
-          Jim Supangkat,
-          Nyoman Nuarta,
-          S. Primka,
-          Dede Eri Supria,
-          Redha Sorana dan sebagainya.

3 komentar: